Pages

Monday, September 17, 2007

Hati-Hati dan Waspada

Sebetulnya tidak ingin cerita secara jelas, karena ini hal yang negatif. Tapi kemudian saya berpikir terbalik, mungkin saja dengan menceritakan secara kronologis apa yang dialami di malam tarawih pertama di toko Shaakira di blog ini bisa menjadi pelajaran buat yang membacanya dan bisa meningkatkan lagi kewaspadaan kita yang mengelola toko khususnya di bulan Ramadhan ini.

Hmm, begini nih ceritanya...

Tanggal 12 Sep 07, jam 5.30 sore. Saya datang ke toko dan menyampaikan kepada olif dan nur untuk lebih awal saja menutup toko karena ini malam tarawih pertama dan juga sahur pertama. Tepatnya jam 6.30 sore saya minta mereka untuk menutup toko...setelah sholat maghrib..dan saya pun segera meluncur menuju rumah orang tua saya di senopati.

Dalam perjalanan yang agak macet, saya telpon lagi nomer toko dan masih diangkat. Saya pun bingung dan bertanya kenapa koq belum menutup toko, kata saya. Olif menjawab ada customer bu, 3 orang ibu-2 yang mau memborong katanya untuk bazar di Pertamina. Mereka sedang memilih-2 baju dan kelihatannya mau belanja banyak. Saya pun senang mendengarnya dan meminta untuk bicara dengan salah seorang ibu via telpon.

Dari sebrang, sang ibu bilang, aduh maaf ya bu jadi tidak bisa taraweh, saya juga begitu sama bu, katanya. Lalu dia bilang kalau mereka senang belanja di Shaakira karena barangnya bagus-2 dan tidak pasaran seperti di suatu tempat...hidung saya pun mengembang, tanda gembira dan bahkan menawarkan sang ibu untuk belanja lebih banyak lagi agar diskonnya juga lumayan.

Telpon saya tutup. Dan dengan riang saya cerita sama suami, yang ndilalah kok malah curiga dan mau putar balik menuju toko...something wrong katanya. Saya pun meyakinkan bahwa tidak usah kuatir kan sudah ada olif dan nur. InsyaAllah mereka bisa, kita doakan saja, kata saya.

Sampe dirumah orang tua, saya telpon lagi. Dan ternyata masih milih-2 barang kata olif. Dari nada suaranya olif terdengar agak kuatir dan panik. Karena dia bilang, barang yang dibeli banyak sekali bu, bahkan notanya saja sampai 6-7 lembar dan olif bingung mau dibawa pakai apa barang-2 tersebut. Takut plastik di toko habis, katanya. Duh si olif, kata saya rada kesel, koq hal yang remeh begitu di ributin sih, kata saya dalam hati sambil menjawab ya pakai saja paper bag nya Rabbani, Permata, Manet, semua plastik yang ada deh lif...jawab saya rada kesel hehe.

Jam 8 saya nelpon lagi, belum selesai juga. Duh saya mulai panik. Dan nanya ke olif orangnya mau bayar pakai apa. cash bu, katanya. Tapi olif takut uang palsu bu, katanya. Nah loh. Tuing-tuing mumet banget deh rasanya. Saya minta bicara lagi dengan ibu-2 yang ada disana, seperti ini nih pembicaraan kami.

Doris: Ibu, maaf, mau bayarnya pakai apa ya?
Ibu: chekCASH bu (dengan mempercepat kata-2 chek dan menekankan di kata CASH nya).
Doris: (alhamdulillah saya dengar kata-2 cheknya), Boleh tolong sekali lagi bu, saya gak dengar, alasan saya untuk meyakinkan pendengaran saya
Ibu: mengulangi lagi kata yang sama dengan metode pengucapan yang sama
Doris: Maksud ibu CHECK? (kata saya dengan nada tegas dan keras)
Ibu: Iya bu, check CASH dari Bank Muamalat yang bisa ibu cairkan besok.
Doris: Oh begitu, boleh saja bu, silakan ibu pilih saja barangnya dulu dan ambil barangnya besok setelah dananya masuk ke rekening saya melalui transfer. Saya tidak paham tentang CHECK, maaf ya bu. Saya jamin barang ibu aman, akan kami simpan di toko sampai dana ibu masuk ke rekening saya, kata saya dengan tegas sekali. Ada uang, ada barang, begitu tandas saya..sambil minta telepon diberikan kembali kepada olif.

Dengan tenang (berusaha untuk tenang), saya tekankan ke olif dan nur untuk tidak mengizinkan barang di bawa malam ini juga, dan minta suami nur untuk menjaga di depan pintu toko sekarang juga. Karena saya merasa orang-2 ini tidak beres. Alhamdulillah, Allah masih melindungi, olif dan nur masih "waras" dan mengiyakan permintaan saya.

Sang ibu pun meminta norek saya dan berjanji akan kembali besok pagi jam 10, setelah melakukan transfer katanya.

Saya pun bergegas pamit dari rumah papa dan segera menuju toko. Sampai di toko, sudah Jam 9 malam, saya lihat Nur dan Olif kelelahan duduk dilantai dengan barang-2 yang sudah diikat-2 dengan tali rafia. Saya pandangi mata mereka, masih sadar. Saya tanya lagi, apakah kalian yakin bahwa ini bukan penipuan. Mereka pun menjawab yakin bu, bahkan salah seorang itu saja mengaku bekerja di Sudirman, sama kaya ibu Doris, katanya.

Duh Tuhan, siapa saja bisa mengaku bekerja dimana saja, kata saya dalam hati. Saya pun meneliti dan menghitung secara kasar barang-2 yang mau dibawa, hampir 1/3 toko sudah gundul barangnya hehe, maksud saya tinggal hanger kosong. Seluruh stok baju anak 25 pc diikat dan siap dibawa, baju-2 Manet, baju-2 Mirzani, mukena lukis KALIMAH...semuanya yang memang bagus sudah dipilih oleh mereka.

Ya Allah, alhamdulillah kami masih berada dalam lindungan-Mu. Saya putuskan untuk segera pulang dan membahas semuanya besok pagi, ketika badan dalam keadaan fresh...sambil mencatat nomer telepon yang ditinggalkan oleh salah satu ibu.

Pagi-pagi jam 7.30 hari kamis, 13 Sep 07. Saya menelpon nomer ibu itu dan mendapatkan jawaban "bahwa nomer yang dipanggil belum terdaftar"...yakin saya bahwa semalam itu adalah penipuan. Dalam hati saya berkata, bahwa pagi ini harus berangkat ke toko dan menaikkan kembali barang-2 yang telah dipilih oleh mereka tanpa harus menunggu kehadiran mereka sekitar jam 10 pagi. Olif dan nur pun saya minta untuk menelpon sendiri dan mereka mengucap syukur terhindar dari niat jahat orang tersebut.

Ada beberapa hal yang ingin saya simpulkan dari kejadian waktu itu:
1. Ibu-2 yang datang itu 3 orang dan semuanya berbadan subur. Bercerita seolah ingin membangun imej orang yang baik, kaya dan berhasil. Bahkan yang menjadi bosnya melakukan tindakan show-off, menandatangani check tersebut di depan olif dan nur.
2. Tingkah laku tenang dan santai, seperti pembeli biasa...tidak celingak-celinguk.
3. Memilih produk-2 yang bermerek dan belanja tidak seperti orang yang belanja pada umumnya. Misal komentar mahal, tanya ini-itu dan mencoba ini-itu.
4. Membuat letih karyawan sehingga tidak bisa lagi berfikir jernih. Karena datang ketika ingin pulang dan memilih baju-2 dalam jumlah yang banyak sekali sehingga capek melipat, membungkus, menulis dan menghitung nota.
5. Salah seorangnya bahkan minta diantarkan ke kamar kecil. Tapi ditolak oleh karyawan saya untuk diantarkan, melainkan hanya ditunjukkan saja tempatnya, karena kuatir meninggalkan toko.
6. Tidak mau meninggalkan tanda jadi sama sekali.
7. Tidak menggunakan kendaraan pribadi.
8. Meninggalkan nomer telpon yang asal-asalan. Sebaiknya ketika meninggalkan nomer telpon, langsung di dial pada saat orang yangn bersangkutan ada. Sehingga yakin apakah nomer tersebut benar adanya.
9. Belanja untuk bazar bukan dipusat grosir??? Dimana bisa mendapatkan marginnya?
Bohong banget gitu loh ;-)

Intinya, di bulan ramadhan ini mari kita semua tingkatkan kewaspadaan dan ketergantungan kita kepada Allah SWT. Agar usaha ini senantiasa mendapatkan perlindungan-Nya. Karena hanya dengan izin-Nyalah toko Shaakira masih terhindar dari keinginan orang-orang jahat tersebut. Amin.

No comments: