Pages

Sunday, February 04, 2024

Ringkasan Bab 1 Buku Sapiens Riwayat Singkat Umat Manusia



Sudah hampir dua tahun yang lalu membeli buku ini untuk dibaca, tepatnya di Maret 2022. Namun kenyataannya karena temanya masuk ke dalam sejarah, di mana tema tersebut bukanlah menjadi subyek favoritku, rasanya sulit sekali untuk membaca buku ini sampai selesai.

 

Namun, entah kesambet apa, di awal tahun 2024 ini aku berusaha kembali dengan tekad lebih kuat untuk membaca buku ini perlahan-lahan. Agar tekad ini bertahan hingga akhir, aku memaksa diri untuk mencatat hal yang kubaca dari setiap bab ke dalam bentuk postingan di blogspot dan sosmed.

 

So, ini adalah catatanku dari Bab 1 yang berjudul “Hewan Tak Berarti”. Bab ini hanya berisi 22 halaman saja namun demikian aku menyelesaikannya dalam kurang lebih dari satu jam. Perlahan banget deh mengunyah isi kepala sang penulis sambil mensyukuri nikmatnya fokus ke aktivitas membaca buku fisik.




Baiklah, mari kita mulai sekarang!

 

Menurut Yuval, tiga revolusi penting membentuk jalannya sejarah. Revolusi Kognitif mengawali sejarah sekitar 70.000 tahun silam. Revolusi pertanian mempercepat sejarah sekitar 12.000 tahun silam. Revolusi Sains, yang baru mulai berlangsung 500 tahun silam, boleh jadi akan mengakhiri sejarah dan mengawali sesuatu yang sepenuhnya berbeda.

 

Kita akan mengetahui penuturan tentang ketiga revolusi ini telah berpengaruh kepada manusia dan makhluk hidup lain di buku ini.

 

Rahasia yang Tersimpan Rapat

 

Homo sapiens—spesies sapiens (bijak) dalam genus Homo (manusia). Homo sapiens, “manusia bijak”. 

 

Homo sapiens sapiens bukanlah satu-satunya spesies manusia yang ada. Manusia pertama kali berevolusi di Afrika Timur sekitar 2,5 juta tahun silam. Sebagian laki-laki dan perempuan purba meninggalkan tanah air mereka untuk menempuh perjalanan melalui Afrika Utara, Eropa dan Asia, serta bermukim di wilayah-wilayah itu. 

 

Karena setiap wilayah membutuhkan sifat-sifat yang berbeda untuk bertahan hidup, populasi-populasi manusia pun berevolusi ke arah berbeda-beda. Hasilnya adalah beberapa spesies berbeda, yang diberi nama latin yang gaya oleh ilmuwan.

 

Homo Neanderthalensis (“Manusia dari lembah Neander”) adalah manusia yang berada di Eropa dan Asia Barat. Mereka lebih popular disebut “Neandertal”, tubuhnya lebih gempal dan berotot daripada kita Sapiens. Hal tersebut untuk mengadaptasi untuk iklim dingin Zaman Es di Erasia Barat. 

 

Homo Erectus—manusia Tegak,  menghuni menghuni wilayah-wilayah lebih ke timur di Asia. 

Homo soloensis—Manusia dari Lembah Solo, yang cocok untuk hidup di wilayah tropis. Bahkan, di pulau Indonesia lainnya –Flores yang lebih kecil—manusia-manusia purba mengalami proses menjadi katai.

 

Saya sampai menelusuri google untuk memahami arti kata katai, yang artinya kecil/kerdil pertumbuhannya.

 

Kenapa manusia-manusia tersebut menjadi katai?

 

Yuval menuturkan bahwa manusia pertama kali mencapai Flores Ketika permukaan laut luar biasa rendah dan Ketika lautan kembali meninggi, manusia terperangkap di pulau itu, yang tidak kaya sumber daya. Manusia-manusia besar, yang membutuhkan banyak makanan, musnah lebih dahulu. Kawan-kawan mereka yang lebih kecil bisa bertahan dengan lebih baik. Selama bergenerasi-generasi, manusia Flores menjadi katai, oleh para ilmuwan diberi nama Homo Floresiensis, mencapai tinggi maksimum satu meter saja dan berbobot tak lebih daripada 25 Kg. 

 

Pada 2010, para ilmuwan Kembali menemukan jejak fosil jari di Gua Denisova di Siberia, yang kemudian dinamai Homo Denisova. 

 

Wah, siapa yang tahu berapa banyak kerabat manusia yang hilang dan masih menanti ditemukan di gua-gua lain, di pulau-pulau lain, dan di wilayah-wilayah iklim lain?

 

Ada salah kaprah Ketika kita membayangkan garis keturunan manusia yang lurus, dari Homo ergaster menjadi homo erectus, homo erectus menjadi homo neanderthal yang kemudian berevolusi menjadi kita—homo sapiens.

 

Model linier ini memberi kesan yang salah bahwa setiap saat hanya ada satu tipe manusia tertentu yang menghuni Bumi, yang benar adalah bahwa planet ini adalah rumah bagi beberapa spesies sekaligus. 

 

Yang janggal—dan barangkali merupakan bukti kejahatan kita—justru kesendirian kita sekarang, bukannya keragaman spesies manusia seperti masa lalu.

 

Ongkos Berpikir

 

Terlepas dari banyaknya perbedaan antarmereka, semua spesies manusia memiliki sejumlah kesamaan ciri yang menentukan, yaitu otak yang luar biasa besar dibandingkan hewan-hewan lain.

 

Manusia memiliki otak yang luar biasa besar dibandingkan hewan-hewan lain. Faktanya adalah otak jumbo mendatangkan kerepotan jumbo juga. Manusia purba membayar ongkos untuk otak besar mereka dalam dua cara. Pertama, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencari makanan. Kedua, otot-otot mereka menyusut. 

 

Otak kita yang besar membuat kita bisa membuat mobil dan senjata yang memungkinkan kita bergerak jauh lebih cepat dari simpanse dan menembak simpanse dari jarak yang aman tanpa perlu bergulat dengannnya.

 

Satu lagi sifat aneh manusia adalah manusia berjalan tegak dengan dua kaki. Dengan berdiri, lebih mudah untuk mengawasi sabana guna menemukan buruan atau musuh, dan lengan yang tidak dibutuhkan untuk berpindah tempat pun bebas melakukan kegunaan lain, misalnya untuk melontar batu atau memberi isyarat. 

 

Semakin banyak hal yang bisa dilakukan tangan, semakin sukses pemiliknya, sehingga tekanan evolusi semakin berkonsentrasi pada saraf dan otot-otot di telapak tangan dan jari tangan.

 

Alhasil, manusia bisa melakukan tugas-tugas yang amat rumit dengan tangan.

 

Namun berjalan tegak ada ruginya. Umat manusia membayar penglihatannya yang hebat dan tangannya yang cekatan dengan sakit punggung dan leher kaku. Perempuan membayar lebih besar. Berjalan tegak membutuhkan pinggul yang lebih kecil, menyempitkan saluran peranakan—padahal kepala bayi justru bertambah besar.

 

Memang, dibandingkan hewan-hewan lain, manusia ketika dilahirkan banyak system vitalnya yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi manusia tak berdaya, bergantung selama bertahun-tahun kepada manusia yang lebih tua demi memperoleh pangan, perlindungan dan pendidikan.

 

Manusia yang muncul dari rahim bagaikan gelas meleleh dari dalam tungku. Manusia bisa dipelintir, direntangkan, dan dibentuk dengan derajat kebebasan yang mengejutkan. Inilah mengapa kini kita bisa mendidik anak-anak kita menjadi penganut agama apapun, kapitalis atau sosialis, suka berperang atau cinta damai.

 

Satu hal lagi, posisi homo dalam rantai makanan, sampai belum lama ini kokoh di tengah-tengah. Selama jutaan tahun manusia merasa senantiasa ketakutan terhadap pemangsa, jarang mengejar hewan buruan besar, dan menyambung hidup terutama dengan mengumpulkan tumbuhan, menangkapi serangga, mengincar hewan kecil, dan melahap bangkai yang disisakan oleh hewan pemakan daging yang lebih digdaya. 

 

Baru 400.000 tahun silam beberapa spesies manusia mulai mengejar hewan buruan besar secara rutin, dan dengan munculnya homo sapiens—manusia melompat ke puncak rantai makanan.

 

Lompatan spektakuler dari tengah ke puncak itu berakibat besar sekali, hewan-hewan lain di puncak piramida seperti singa dan hiu, berevolusi ke posisi itu secara bertahap, selama jutaan tahun yang tidak menyebabkan kerusakan terlalu besar.

 

Sementara itu, umat manusia mendaki ke puncak dengan sedemikan cepat sehingga lingkungan tidak sempat menyesuaikan. Terlebih lagi, manusianya sendiri gagal menyesuaikan diri. Karena terbiasa menjadi anak bawang di sabana, kita penuh dengan ketakutan dan kecemasan mengenai posisi kita, yang menjadikan kita dua kali lipat lebih kejam dan berbahaya. 

 

Banyak malapetaka dalam sejarah, dari perang yang mematikan sampai bencana ekologis, telah terjadi akibat lompatan terburu-buru ini.

 

 

Ras Juru Masak

 

Penjinakan api adalah satu langkah besar yang menemani perjalanan menuju puncak.

Hal terbaik yang dilakukan api adalah memasak. Kemajuan masak-memasak memungkinkan manusia memakan lebih banyak jenis makanan, menghabiskan lebih sedikit waktu untuk makan, serta bersantap dengan gigi-geligi yang lebih kecil dan usus yang lebih pendek.

 

Api juga memunculkan jurang besar pertama antara manusia dan hewan-hewan lain. Ketika berhasil menjinakkan api, manusia memperoleh kendali atas suatu kekuatan yang patuh dan berpotensi tak terbatas. Penjinakan api adalah pertanda awal hal-hal yang terjadi kemudian.

 

Penjaga Saudara-saudara Kita

 

Terlepas dari manfaat api, 150.000 tahun lalu manusia masih merupakan makhluk pinggiran, yang menurut kebanyakan ilmuwan, bahwa di Afrika Timur sudah dihuni oleh Sapiens yang tampangnya tepat seperti kita.Berkat berkah api, mereka sudah memiliki gigi dan rahang yang lebih kecil daripada leluhur mereka, sementara otak mereka sudah berukuran besar, setara dengan otak kita.

 

Para ilmuwan juga bersepakat bawha 70.000 tahun silam, sapiens dari Afrika Timur menyebar ke semenanjung Arabia dan dari sana mereka dengan segera berkeliaran di seluruh daratan Erasia.

 

Ketika sapiens mendarat di Arabia, Sebagian besar Erasia sudah dihuni oleh manusia-manusia lain. Apa yang terjadi kepada mereka? Ada dua teori yang bertolak belakang. “Teori Kawin Campur” vs “Teori Penggantian”. Penelitian akan hal ini sedang berlanjut, sehingga kesimpulannya masih bisa diperkuat atau diubah. 

 

Salah satu kemungkinannya boleh jadi ketika sapiens bertemu neanderthal, hasilnya adalah kampanye pembersihan etnis pertama dan terpenting dalam sejarah. 

 

Terlepas dari apakah sapiens bersalah atau tidak, tak lama setelah mereka tiba di lokasi baru, populasi spesies manusia lainnya punah. 

 

Apakah rahasia kesuksesan sapiens? Bagaimana kita berhasil bermukim dengan sedemikian cepat di sedemikian habitat yang berjauhan dan berbeda-beda secara ekologis? Bagaimana kita mendesak semua spesies manusia lain sampai punah? Mengapa bukan neanderthal yang kuat, cerdas dan tahan dingin yang bertahan dari serangan hebat kita? 

 

Perdebatan itu terus berlangsung sengit. Jawaban yang paling mungkin: homo sapiens menaklukkan dunia terutama berkat bahasanya yang unik.

 

 

Refleksi sub bab terakhir

 

Di dalam sub bab terakhir ini, banyak pertanyaan retorik yang tidak terjawab. Lumayan menggelitik pikiran dan bikin penasaran. 

 

Secepatnya akan dilanjutkan ke bab ke-2 yaitu : Pohon Pengetahuan.